Senin, 18 Juli 2011

“PALLIATIVE CARE” BIDANG SPIRITUAL Bagian II

Jangan Apriori dengan Musibah!

Nikmat kasih sayang inilah yang tidak didapatkan oleh orang-orang yang kufur kepada Allah, karena mereka berpandangan sempit terhadap dunia dan putus asa ketika tertimpa musibah, bahkan tidak jarang dari mereka yang memilih untuk bunuh diri.

Mengapa Sabar dan Syukur?
Menurut Umar ibn al-Khaththâb, orang yang tertimpa musibah akan mendapatkan kenikmatan, yaitu:
ž  Musibah itu tidak menimpa nikmat iman dan Islam yang telah diberikan;
ž  Tidak diberikan musibah yang lebih besar;
ž  Allah akan memberikan ganjaran dan pahala yang besar kepadanya.

Keniscayaan Musibah
Menurut al-Maraghi, Allah Swt. akan memberikan musibah kepada siapapun dan menunjukkan pula bahwa seseorang yang beriman kepada Allah belum tentu akan diberikan kelapangan rizki (kekayaan) atau dihindarkan dari ketakutan-ketakutan (musibah), karena semuanya terjadi seiring dengan Sunnatullah atas makhluknya.

Iman Sebagai Benteng

Musibah akan datang ketika sebab-sebabnya muncul, sehingga iman yang sempurna adalah ketika kuat dan tabah dengan semua ujian ini. Ketabahan dan kekuatan inilah yang mendorong seorang mukmin mampu mengatakan “Innâ lillâhi wa innâ ilayhi râji’un” ketika tertimpa musibah, karena ungkapan ini juga sebagai manifestasi dari keimanan seseorang terhadap qadhâ dan qadar, serta prasangka baik dan penerimaan secara tulus kepada ketentuan dan ketetapan Allah.

Rasul pun Pernah Bersedih
Kesabaran ini bukan berarti menafikan kesedihan ketika tertimpa musibah, karena hal itu juga merupakan sebuah naluri manusia yang memiliki perasaan dan kasih sayang. Bahkan, diceritakan bahwa Rasulullah sendiri menangis tatkala anaknya, Ibrahim, meninggal.

KESABARAN DAN KEPASRAHAN

Allah Pemilik Hakiki
Ketika seorang muslim mengakui bahwa setiap kenikmatan dan makhluk yang ada di muka bumi adalah milik Allah, maka yang harus disadari oleh setiap mukmin adalah bahwa setiap titipan yang diberikan untuk sementara, baik itu harta, jiwa, dan kenikmatan duniawi lainnya, pada suatu waktu pasti akan diambil oleh Allah. Yang mungkin dilakukan setiap mukmin adalah bersabar dan tabah dalam setiap musibah ini.

Dua Bagian Iman
Menurut Imam al-Ghazali, berdasarkan Hadis dari Abu Manshur al-Daylami, keimanan terbagi menjadi dua bagian, yaitu kesabaran dan syukur. Orang yang tidak mengetahui hakikat kesabaran dan syukur, sama halnya tidak mengetahui keimanan.

Sabar itu Mulia
Allah banyak menyebutkan di dalam al-Qur’an tentang kemuliaan orang-orang yang bersabar. Mereka yang bersabar terhadap segala cobaan dan musibah, akan mendapat  ganjaran yang terbaik dan diberikan balasan berlipat-ganda dari apa yang telah dilakukannya, diberikan pahala tanpa adanya hisâb, dan Allah sendiri yang mengakui bahwa diri-Nya bersama orang-orang yang bersabar.

Sabar Kunci Kemenangan
Sabar dalam menghadapi hidup dan tidak mudah putus asa merupakan syarat atau prakondisi bagi kemenangan suatu kelompok dalam perjuangannya. Walaupun suatu kelompok itu sedikit, tetapi kalau tabah, penuh disiplin, tidak mudah putus asa, maka kelompok ini mampu mengalahkan yang banyak. Hal ini terkati dengan pengalaman Nabi Daud as. yang memimpin sebuah tentara berjumlah kecil tetapi bisa mengalahkan tentara Jalut yang besar jumlahnya.

Sabar Sumber Kekuatan
Allah menyertai hamba yang tabah, dan dengan ketabahannya itu pula mereka diberikan kekuatan di luar kebiasaan dan mampu mengalahkan kekuatan yang jauh lebih besar.

Sabar sebagai Terapi
Ketabahan dan kesabaran menjadi terapi yang memunculkan semangat di antara kaum beriman di luar dari pikiran manusia. Sebaliknya, ketergesa-gesaan dan rasa putus asa justru dapat merugikan diri sendiri, seperti halnya terjadi tatkala pasukan umat Islam dikalahkan oleh pasukan Khalid bin Walid hanya karena umat Islam tidak sabar untuk menikmati harta rampasan perang, padahal kemenangan telah di hadapan mata.

Sabar sebagai Landasan Jiwa
Untuk itu, di dalam al-Qur’an, kesabaran dikaitkan dengan salat seorang hamba, karena kesabaran dan ketabahan merupakan landasan bagi jiwa ketika mengemban sesuatu yang tidak diharapkan keberadaannya, sementara salat yang mampu menguatkan kepercayaan seorang hamba kepada Tuhannya dan mengecilkan semua permintaannya atas kesulitannya. Sebesar dan sebanyak apapun permintaan yang dimohonkan oleh seorang hamba adalah kecil dan mudah di sisi Allah.

Sabar Manivestasi Kualitas Batin
Kemudian, kesabaran merupakan perbuatan yang paling mulia secara batin, seperti halnya sholat merupakan ibadah paling mulia secara zhahir. Ketika seorang hamba telah menyerahkan dirinya kepada Allah, seraya beribadah dengan penuh ketundukan dan kepasrahan dalam setiap rangkaian salatnya, maka Allah Swt. berjanji bahwa Dia akan senantiasa bersama orang-orang yang sabar dan tabah, menjadi Penolong baginya, dan menjawab semua permintan hamba-Nya.

Allah Bersama Orang Sabar
Sebagaimana diketahui, telah menjadi Sunnatullah bahwa setiap pekerjaan yang besar tidak akan berhasil tanpa dibarengi dengan konsistensi dan ketekunan, yang semuanya bermuara pada kesabaran. Siapa saja yang bersabar dalam setiap perbuatan dan tingkah lakunya, maka sesungguhnya ia berada pada Sunnatullah itu dan Allah Swt. bersamanya, Dia akan memudahkan semua urusannya dan memberikan jalan keluar atas kesulitannya. Sementara bagi mereka yang tidak bersabar, maka Allah Swt. tidak menyertainya, karena mereka telah keluar dari sunnah-Nya, dan pada akhirnya tidak akan tercapai tujuan dan maksudnya.

Hidup adalah Cobaan

Kesabaran dan ketabahan juga menggambarkan suatu keyakinan dari seorang mukmin, bahwa dunia ini dipenuhi dengan cobaan dan usaha. Musibah, tidak selamanya bersifat buruk atau baik bagi manusia, tetapi pada hakikatnya ia merupakan suatu ujian yang mau tidak mau akan dirasakan oleh setiap insan. Allah Swt. berfirman, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).” (Qs. al-Anbiya’ [21] ayat 35).

Ujian Orang Beriman
Allah memberikan ujian kepada orang-orang mukmin dengan ujian yang baik” (Qs. Al-Anfâl [8]: 17). Allah Swt. berikan seseorang paras yang baik adalah untuk menguji rasa syukurnya kepada Allah, seperti halnya Allah memberikan ujian dengan sesuatu yang dibenci hamba-Nya untuk menguji seberapa besar kesabaran dan ketabahannya. Dalam hal ini, Allah meletakkan kebaikan dan keburukan yang ada di setiap insan sebagai ujian.

Buah Kepasrahan
Selanjutnya, dengan kesabaran dan ketabahan ini, Allah Swt. berjanji bahwa mereka yang sabar dan tabah tidak akan merasa khawatir atau takut dengan sikap yang dijalaninya, karena hal itu merupakan konsekuensi dari penyerahan dirinya secara penuh kepada Allah Swt. dengan memperbaiki diri dalam perbuatan yang baik.

Mengambil Hikmah
Seorang beriman, ketika tertimpa musibah, akan mencari sebab-sebabnya untuk dicarikan jalan keluar, namun ketika upaya mencari solusi itu telah dilakukan dan tidak mungkin bisa mengatasinya, maka ia kembalikan semua urusannya kepada Allah Swt. Dalam kondisi ini, ia tidak akan tertekan ataupun bersedih, karena  ia telah menyandarkan semua urusan dan kesulitannya kepada Allah.

Jangan Syirik!
Orang yang tidak bersabar akan selalu merasa bersedih dan takut dengan apa yang akan diterimanya, dan ketika tertimpa musibah dari apa yang mereka lakukan, mereka pun berputus asa bahkan tidak jarang dari mereka yang meminta pertolongan kepada yang gaib, selain Allah.

Kesabaran sebagai Benteng
Menurut Wahbah al-Zuhayli, kesabaran merupakan benteng pertama dalam setiap musibah, ia menjadi perwujudan dari keimanan seseorang terhadap qadhâ dan qadar, pengharapan terhadap pahala dari Allah atas musibah yang ditimpanya, dan akan dibalas oleh Allah dengan sesuatu yang lebih baik bagi hamba-Nya dari apa-apa yang ada di dunia dan dimasukkan ke dalam surga-Nya.

MATERI PELATIHAN PALLIATIVE CARE
Pusat Studi dan Pengembangan Perawatan Paliatif
Lembaga Kesehatan NU
Gedung 
PBNU lt 7Jl. Kramat raya 164 jakarta 13810


Kembali kedepan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar